Jakarta, 28 April 2007
Menginjak usianya yang ke 70 sosok kiai kampung ini masih terus berkiprah. Mantan Menteri Agama KH Tolchah Hasan dalam rangka memperingati ulang tahunnya menggelar lauching buku biografi berjudul Kiai Multitalenta. Selain dikenal karena kekayaan ilmunya, ia juga berhasil merintis sejumlah sekolah unggulan.Hal itu juga diakui oleh Ketua Tim Penulis Prof. Dr. Nasaruddin Umar saat memberikan sambutan pada acara peluncuran yang dilaksanakan di Jakarta, Jumat (27/4), bahwa pemilihan judul Kiai Multitalenta ini didasari oleh beragam kemampuan yang ia miliki yang mampu mewarnai lembaga yang dipimpinnya.
Menurut Dirjen Bimas Islam Depag ini pihaknya banyak terinspirasi pemikiran Kiai Tolchah dalam pemberdayaan masjid. Selama ini konsep yang ada adalah masyarakat yang memberdayakan masjid, tetapi Kiai Tolchah membaliknya dengan masjid yang memberdayakan masyarakat. Hal ini telah dibuktikan di Malang dengan mengumpulkan para tukang becak disekitar masjid untuk diberdayakan.
Meskipun seorang ulama, Kiai Tolchah juga dikenal dengan kemampuan bisnisnya, yang jarang dimiliki oleh kalangan kiai, sehingga bisa memberdayakan lembaga, pesantren dengan sentuhan-sentuhan bisnisnya.
Kiai Tolchah ketika mencarikan formula alternatif dalam menyelesaikan masalah bukan hanya terpaku pada text book oriented, tetapi berupaya mengaitkan dengan realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Walaupun sangat fasih dengan berbagai teori filsafat, sosiologi, psikologi dan lainnya. Ini yang membuat analisanya sangat berbobot dan tidak kering.
Beberapa lembaga pendidikan yang telah berhasil dirintisnya diantaranya adalah Universitas Islam Malang (Unisma), Sekolah unggulan Sabilillah di Malang, perpustakaan Masjid Raya Batam dan Ummatan Wasathan di riau.Kiai Tolchah yang pernah menjabat sebagai menteri agama ini merupakan sosok intelektual yang lahir dari rahim pesantren. Berbagai tema tentang pendidikan dan pesantren yang dihasilkannya sangat up to date dalam menghadapi perkembangan zaman yang kian pesat.
Beberapa lembaga pendidikan yang telah berhasil dirintisnya diantaranya adalah Universitas Islam Malang (Unisma), Sekolah unggulan Sabilillah di Malang, perpustakaan Masjid Raya Batam dan Ummatan Wasathan di riau.Kiai Tolchah yang pernah menjabat sebagai menteri agama ini merupakan sosok intelektual yang lahir dari rahim pesantren. Berbagai tema tentang pendidikan dan pesantren yang dihasilkannya sangat up to date dalam menghadapi perkembangan zaman yang kian pesat.
Sementara itu Kiai Tolchah yang juga baru menerima gelar professor menyatakan rasa syukur atas segala yang bisa dilakukan selama ini. Menurutnya, hal pertama yang harus disyukuri adalah memiliki istri sholehah, memiliki anak yang baik, memiliki teman-teman yang baik dan memperoleh rizki di tanah air sendiri.
Mengenai jabatan, Kiai Tolchah berpendapat "Bukan berapa lama kita menjabat, tetapi apa yang dapat kita lakukan selama menjabat tersebut," tuturnya didampingi oleh istri tercinta dan dua orang anak serta cucunya.
Hadir dalam acara tersebut KH Hasyim Muzadi, KH Salahuddin Wahid, Utomo Dananjaya, Komaruddin Hidayat serta para rekan dan pejabat dari departemen agama. Buku yang diterbitkan oleh Al Ghozali Center ini berisi 394 halaman. 233 halaman berisi tentang sejarah hidupnya sedangkan sisanya merupakan komentar dari para sahabat, kolega, murid dan keluarga.
Mengenai jabatan, Kiai Tolchah berpendapat "Bukan berapa lama kita menjabat, tetapi apa yang dapat kita lakukan selama menjabat tersebut," tuturnya didampingi oleh istri tercinta dan dua orang anak serta cucunya.
Hadir dalam acara tersebut KH Hasyim Muzadi, KH Salahuddin Wahid, Utomo Dananjaya, Komaruddin Hidayat serta para rekan dan pejabat dari departemen agama. Buku yang diterbitkan oleh Al Ghozali Center ini berisi 394 halaman. 233 halaman berisi tentang sejarah hidupnya sedangkan sisanya merupakan komentar dari para sahabat, kolega, murid dan keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar